Langsung ke konten utama

Serenade's Essay: Literasi Sebagai Kunci Kesuksesan




Akhir-akhir ini, budaya literasi diremehkan oleh pelbagai pihak, baik dari kalangan masyarakat awam atau yang tidak tahu apa-apa, kalangan menengah, sampai ke kalangan atas yang kita sebut mereka yang sudah berpendidikan atas namun belum cukup kesadaran untuk melestarikan budaya literasi yang amat sangat penting ini.
Menurut Goody (1999) dalam pengertiannya, literasi adalah kemampuan untuk membaca dan menulis yang dilakukan seseorang dalam menggambarkan fenomena sosial secara ilmiah. Dalam hal ini, sudah jelas bahwa literasi adalah suatu budaya yang patut untuk dijaga dan dilestarikan lantaran literasi sendiri adalah fenomena sosial atau kegiatan yang sangat berguna bagi pelakunya.
Dengan adanya budaya literasi, pelaku budaya literasi itu sendiri dapat banyak mendapatkan income yang amat berguna, seperti bertambahnya ilmu wawasan dan pengetahuan. Sebab hampir 80-90 persen pengetahuan itu didapat dari membaca. Kendati demikian, pengetahuan yang kita miliki tentu sangat berguna bagi kita untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, atau dalam kata lain: sebagai bekal untuk menjemput kesuksesan kita.
Namun sayang sekali, kesadaran untuk mengembangkan budaya literasi di negeri ini sangat rendah. Bahkan sudah disinggung sebelumnya, bahwa budaya literasi itu diremehkan keberadaannya. Bahkan, indeks minat baca di Indonesia yang dikeluarkan UNESCO pada 2012 mencapai 0.001. Itu artinya, pada setiap 1000 orang hanya ada satu orang yang mempunyai minat baca. Masyarakat Indonesia rata-rata  membaca buku baru 0-1 buku setiap tahun. Miris sekali.
Untungnya, beberapa pihak menyadari bahwa penting sekali untuk mengembangkan budaya literasi, misalnya seperti di sekolah-sekolah. Di tiap sekolah pasti ada gazebo atau pojok baca untuk muridnya, terlebih bagi segelintir murid yang malas pergi ke perpustakaan. Namun, adanya fasilitas ini seringkali disalahgunakan. Mereka yang datang ke pojok baca bukan untuk membaca tapi hanya untuk sekedar mengobrol. Nah begitulah, beginilah sifat buruk orang indonesia, sesuatu hal yang dipermudah malah diabaikan dan dipersulitkan.
Sebenarnya untuk menumbuhkan keinginan membaca itu mudah sekali. Minimalnya, dalam satu hari membaca satu halaman sampai satu bab buku. Jika satu bab terlalu banyak, maka anda bisa memulainya dengan 1-3 halaman setiap harinya. Jika dalam sisi lain, anda masih keberatan, satu hari satu halaman pun tidak apa-apa, karena lama-kelamaan anda akan terbiasa dan malah menyukai kegiatan ini. Itu awalan yang bagus, karena sesuatu yang dilakukan karena terbiasa. Maka, biasakan untuk membaca demi mengangkat imej budaya literasi di negeri ini dan tentunya agar kita mendapatkan pengetahuan yang amat banyak dari hasil membaca kita. Ingat! membaca itu salah satu kunci kesuksesan.



Yeay, whats your opinion about that?
Ayo, guys! rajin-rajinlah membaca!
Misalnya kayak baca postingan blogku yang lain dan novelku di wattpad @serenade-anno, hehe.

Best regards from Serenade's Home Author, Ajeng Novianty.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Summary 2: If

Name                : Ajeng Novianty NIM                  : 5190511010 Study Program : English Literature – Class A Title                  : If Written by         : Rudyard Kipling Genre                : Poem Source              :  https://www.storynory.com/if/ Summary          : ‘If’ is a poem which has a simple title, but, it has absolutely great and deep means. This poem has four couplets and overall it has 32 verses. Basically, this poem is difficult to understand. Yep! Because anyone who read the poems, with any language, so...

Serenade's Article: Roman Picisan Selalu Menjadi Kegemaran

An Article written by Serenade's Author Home, Ajeng Novianty. Menurut Jacob Somardjo, sastra yang mengacu pada tujuan hiburan dan tujuan dagang sudah mulai tumbuh di Indonesia sejak masa jaya Balai Pustaka pada tahun 1920-an, namun kebanyakan baru berupa karya-karya yang semacam roman picisan atau bahasa kasarnya; bermutu rendahan. Tidak seburuk itu, sebab karya roman picisan masih terus dinikmati oleh pencinta sastra, bahkan penikmatnya makin bertambah dari zaman ke zaman, karena kebanyakan karya bertema roman picisan memiliki alur yang sederhana dan sangat mudah untuk dipahami. Hampir cerita roman picisan selalu memuat tentang kisah percintaan dua insan yang berakhir bahagia. Hal itulah yang menjadi alasan beberapa pembaca menikmati karya roman picisan, lantaran mereka membaca hanya untuk tujuan kesenangan. Jacob Sumardjo pun menambahkan pernyataannya bahwa ketika dekade 1970-an novel populer masa itu meletakkan dasar bacaan populer berbobot yang tidak mengejar fa...