Langsung ke konten utama

Serenade's Editorial: Jakarta benar-benar akan tenggelam?

A Short Editorial written by Serenade's Home Author, Ajeng Novianty.




Dalam acara rapat terbatas  bertemakan Reklamasi Jakarta antara Presiden Joko Widodo dengan para menteri, Jokowi mengatakan akan membicarakan masalah Jakarta dan sekitarnya. Sebagai Ibu kota negara, kata dia, DKI harus memiliki ketahanan dan daya dukung lingkungan yang sustained serta berkelanjutan, baik dalam penyediaan kualitas air bersih maupun air minum, juga mitigasi, penurunan permukaan tanah, pengelolaan air limbah, revitalisasi sungai, dan banjir. Jokowi juga mengungkapkan sudah mendapat data jika penurunan muka tanah di DKI sangat mengkhawatirkan, yaitu 7,5 sampai 12 sentimeter (cm). Bahkan kata dia pada 2030 Jakarta akan tenggelam.
Tentunya itu sangat membahayakan eksistensi diri masyarakat di masa depan jika permukaan tanah di Jakarta terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Pengendalian sumber daya air dan lingkungan di Ibu Kota harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dari hulu sampai hilir.
Banyak hal yang menjadi alasan mengapa pengendalian sumber daya air dan lingkungan di Ibu Kota harus dilakukan. Jakarta dikenal sebagai kota terpadat, sehingga dengan banyaknya jumlah penduduk, kebutuhan air pun semakin meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan air, masyarakat mengambil strategis dengan cara mengambil air tanah setiap tahunnya tanpa tahu resiko. Padahal dengan adanya hal yang demikian, pengambilan air tanah yang terus-menerus dapat membuat tanah amblas dan mengalami penurunan permukaan tanah. Sehingga, air laut lambat laun akan menggenangi permukaan daratan Ibu Kota.
Sudah semestinya bagi para masyarakat untuk segera sadar akan lingkungan sekitar. Untuk mencukupi kebutuhan air tidak harus terus-menerus mengambil air tanah, bisa dengan cara mengelola air limbah menjadi air baku. Jika masyarakat tidak lagi mengambil air tanah setiap tahunnya, bisa dipastikan kalau prediksi tentang Jakarta tenggelam tidak akan terjadi dengan waktu yang cepat. Efek globalisasi dengan mencairnya es di kutub bumi membuat air laut meningkat. Jika masyarakat masih terus mengambil air tanah, maka prediksi akan terjadi dengan cepat, karena double effect tersebut begitu kuat perannya.






Komentar

  1. Hmmm terimakasih info nyaa mba anoo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke, sama-sama. Terima kasih telang berkunjung. ><

      Hapus
  2. Wah sangat membantu kak.. terimakasih informasinya kak

    BalasHapus
  3. Wah bisa bahaya jika memang itu terjadi,, terimakasih ya tulisan ini bisa membangkitkan kesadaran untuk tetap menjaga alam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, sama-sama. Alhamdulillah jika tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, ><

      Hapus
  4. Mantap, bisa menjadi peringatan sekaligus bisa untuk membangun kesadaran kita..

    BalasHapus
  5. Yap, betul sekali, sebab hukum alam itu berlaku.

    BalasHapus
  6. info nya menarik:)) semoga tidak benar benar terjadi..

    BalasHapus
  7. Mantap, bisa kita jadikan pelajaran untuk menjaga lingkungan kita👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, karena alam ini tempat kita bernaung, otomatis kita harus menjaganya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Summary 2: If

Name                : Ajeng Novianty NIM                  : 5190511010 Study Program : English Literature – Class A Title                  : If Written by         : Rudyard Kipling Genre                : Poem Source              :  https://www.storynory.com/if/ Summary          : ‘If’ is a poem which has a simple title, but, it has absolutely great and deep means. This poem has four couplets and overall it has 32 verses. Basically, this poem is difficult to understand. Yep! Because anyone who read the poems, with any language, so...

Summary 4: Atlantis, The Lost City

Name                            : Ajeng Novianty Study Progmam           : English Literature Class                             : A NIM                             : 5190511010 Title                              : Atlantis, The Lost City Genre                           : F...

Serenade's Article: Roman Picisan Selalu Menjadi Kegemaran

An Article written by Serenade's Author Home, Ajeng Novianty. Menurut Jacob Somardjo, sastra yang mengacu pada tujuan hiburan dan tujuan dagang sudah mulai tumbuh di Indonesia sejak masa jaya Balai Pustaka pada tahun 1920-an, namun kebanyakan baru berupa karya-karya yang semacam roman picisan atau bahasa kasarnya; bermutu rendahan. Tidak seburuk itu, sebab karya roman picisan masih terus dinikmati oleh pencinta sastra, bahkan penikmatnya makin bertambah dari zaman ke zaman, karena kebanyakan karya bertema roman picisan memiliki alur yang sederhana dan sangat mudah untuk dipahami. Hampir cerita roman picisan selalu memuat tentang kisah percintaan dua insan yang berakhir bahagia. Hal itulah yang menjadi alasan beberapa pembaca menikmati karya roman picisan, lantaran mereka membaca hanya untuk tujuan kesenangan. Jacob Sumardjo pun menambahkan pernyataannya bahwa ketika dekade 1970-an novel populer masa itu meletakkan dasar bacaan populer berbobot yang tidak mengejar fa...